Bacang:Sejarah dan Makna di Balik Makanan Tradisional Khas Tionghoa
Bacang (bakcang), atau yang juga dikenal dengan sebutan zongzi atau joong, adalah makanan tradisional yang sangat populer di kalangan masyarakat Tionghoa. Makanan ini terbuat dari beras ketan yang diisi dengan berbagai isian dan dibungkus dengan daun bambu atau daun pandan.
Sejarah Bakcang
Sejarah bakcang erat kaitannya dengan kisah seorang penyair dan pejabat setia dari Tiongkok kuno bernama Qu Yuan (屈原), yang hidup pada periode Negara-Negara Berperang (475–221 SM). Qu Yuan sangat dicintai rakyat karena kesetiaannya kepada negara Chu dan kritiknya terhadap korupsi di pemerintah. Namun, ia difitnah oleh pejabat lain dan akhirnya diasingkan.
Ketika Qu Yuan mengetahui bahwa negara Chu kalah dalam perang, ia sangat berduka hingga memutuskan untuk bunuh diri dengan cara melompat ke Sungai Miluo pada tanggal 5 bulan 5 dalam kalender lunar. Menurut legenda, penduduk setempat yang mendengar tentang kematian Qu Yuan berusaha menyelamatkan jasadnya dengan mendayung perahu ke sungai dan melemparkan nasi ke air agar ikan-ikan tidak memakan tubuhnya. Dari peristiwa inilah muncul tradisi Festival Perahu Naga (Duanwu Jie), yang diperingati dengan makan bakcang untuk mengenang Qu Yuan.
Makna Bakcang
Bakcang, atau zongzi dalam bahasa Mandarin (粽子), memiliki beberapa makna simbolis:
Penghormatan kepada Qu Yuan: Bakcang dimakan pada hari Festival Perahu Naga sebagai bentuk penghormatan kepada Qu Yuan, lambang kesetiaan dan patriotisme.
Perlindungan: Orang-orang zaman dulu percaya bahwa dengan membungkus nasi dalam daun bambu dan melemparkannya ke sungai, mereka melindungi Qu Yuan dari gangguan makhluk air. Ini juga mencerminkan harapan untuk melindungi diri dan keluarga dari hal-hal buruk.
Kesejahteraan: Bakcang juga melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan. Beras ketan yang lengket mengisyaratkan kebersamaan dan ikatan keluarga yang erat.
Variasi Bakcang
Meskipun secara tradisional bakcang berisi daging babi atau daging lainnya, variasi isian juga berkembang sesuai daerah dan budaya:
Tiongkok Utara: Bakcang lebih sering berisi kacang merah, jujube (kurma merah Tiongkok), dan bahan manis lainnya.
Tiongkok Selatan dan Asia Tenggara: Bakcang biasanya berisi daging babi, jamur, kacang tanah, kuning telur asin, hingga terasi udang.
Bakcang juga banyak dikenal di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, di mana komunitas Tionghoa memperkenalkan tradisi ini. Di Indonesia, bakcang sering disajikan sebagai bagian dari perayaan budaya Tionghoa atau acara khusus keluarga.
Jadi, bakcang tidak hanya makanan lezat, tetapi juga makanan yang sarat makna sejarah, spiritual, dan budaya.
Berikut adalah langkah-langkah umum dalam cara pembuatan bakcang, atau sering disebut juga zongzi dalam bahasa Mandarin. Resep ini akan mencakup bahan-bahan yang umum digunakan untuk bakcang isi daging:
Bahan-Bahan:
Bahan Utama:
500 gram beras ketan (rendam semalaman, tiriskan)
300 gram daging babi (atau daging ayam untuk alternatif halal), potong dadu kecil
2 butir telur asin (ambil kuningnya)
10 buah jamur shiitake (rendam dan potong-potong)
10 lembar daun bambu kering (rendam dalam air hingga lunak)
Tali untuk mengikat (biasanya dari rafia atau tali bambu)
Bumbu untuk Beras:
3 siung bawang putih, cincang halus
2 sdm kecap asin
1 sdt garam
1 sdm minyak wijen
Bumbu untuk Daging:
3 siung bawang putih, cincang halus
2 sdm kecap asin
1 sdm kecap manis
1 sdm saus tiram
1/2 sdt lada putih
1 sdt gula
1 sdm minyak
Cara Pembuatan:
1.Siapkan Daun Bambu:
-Rendam daun bambu dalam air selama beberapa jam (lebih baik semalaman) agar menjadi lunak dan mudah dibentuk.
-Setelah lunak, bersihkan dengan menggosok permukaan daun secara perlahan dan bilas hingga bersih.
2.Masak Daging dan Bahan Isian:
-Panaskan sedikit minyak di wajan. Tumis bawang putih hingga harum.
-Masukkan daging, tambahkan kecap asin, kecap manis, saus tiram, lada putih, dan gula. Aduk hingga daging matang dan bumbu meresap.
-Tumis jamur shiitake sebentar bersama daging agar meresap bumbu.
3.Siapkan Beras Ketan:
-Panaskan sedikit minyak di wajan. Tumis bawang putih hingga harum.
-Masukkan beras ketan yang sudah direndam dan ditiriskan.
-Tambahkan kecap asin, garam, dan minyak wijen. Aduk-aduk hingga tercampur rata. Jangan dimasak terlalu lama karena akan dimasak lagi saat dikukus.
4.Membungkus Bakcang:
-Ambil 2 lembar daun bambu, tumpuk kedua ujungnya hingga membentuk corong atau segitiga.
-Masukkan 1-2 sendok beras ketan ke dalam dasar daun.
-Tambahkan potongan daging, jamur shiitake, dan kuning telur asin.
-Tambahkan lagi 1-2 sendok beras ketan hingga menutupi isian.
-Lipat daun bambu ke arah atas, lalu rapikan lipatannya hingga membentuk segitiga. Ikat dengan tali rafia atau tali bambu agar tidak lepas saat dikukus.
5.Mengukus Bakcang:
-Siapkan kukusan dengan air mendidih.
-Kukus bakcang selama 4–5 jam di atas api sedang. Pastikan air dalam kukusan tidak habis, tambahkan air jika perlu.
6.Sajikan:
-Setelah matang, angkat dan dinginkan bakcang. Bakcang bisa langsung dinikmati atau disimpan di kulkas dan dipanaskan kembali saat hendak disajikan.
Tips Tambahan:
-Daun bambu harus benar-benar bersih dan tidak robek untuk menghindari kebocoran saat mengukus.
-Beras ketan yang direndam semalaman akan membuat teksturnya lebih lembut dan lengket.
-Variasi isi bisa disesuaikan dengan selera, seperti menggunakan kacang tanah, kacang hijau, atau terasi.
Bakcang tradisional biasanya dimakan saat Festival Perahu Naga, tetapi kini dapat dinikmati kapan saja. Pembuatannya memang memakan waktu, tetapi hasilnya lezat dan memuaskan!
By:Adythia Djaya
penasaran sama makanannya jadi pengen nyobain
ReplyDelete